THE PRINCESS OF ICE
pada awal musim panas. salah satu smp di daerah tokyo yang bernama smp hinomura mengadakan upacara pembukaan. para siswa dan siswi mengikuti upacara
tersebut dengan tertib. mereka mendengarkan seluruh amanat dari kepala sekolah dan pidato perwakilan dari salah satu siswa kelas 7 yang menjadi juara 1 saat pendaftaran.
setelah selesai upacara pembukaan dan para siswa dan siswi telah diberitahu dimanakah kelas mereka masing-masing. upacara dibubarkan dan para siswa dan siswi memasuki kelas baru mereka.
seorang siswi yang sedang berjalan di koridor sekolah dan masuk ke kelas 9A. dengan sekejap mata, semua arah pembicaraan terarah padanya. tiba-tiba seorang laki-laki menghampirinya dan berkata "ohayou amme-san" namun hanya di balasnya dengan tatapan mata dan langsung berjalan melewati laki-laki yang menyapanya tadi.
laki-laki itu dihampiri teman-temannya
"hoi otome, ada apa denganmu? apa kau sakit?"
"emangnya kenapa? toh aku hanya menyapanya, itu saja gak lebih. tapi hanya dibalasnya dengan tatapan."
"untunglah hanya tatapan, tapi tunggu dulu. tadi kau ditatapnya ah tidak yang paling tepat seberapa lama kalian tadi bertatapan? apakah lebih dari 10 detik?"
"gak mungkin. paling hanya sekitar 3 detik."
"keberuntungan berlipat menjadi 2x tau. pertama, kamu gak bertatapan dengan lebih dari 10 detik. yang kedua, kau gak berbicara padanya. coba bayangkan, seorang perempuan yang hanya menatapnya saja tanpa berbicara padanya sepatah katapun bisa sampai rumah sakit apalagi kalau dia tadi berbicara. ngomong-ngomong, kau tau gak tentang gosip yang beredar tentang dirinya? percuma aku berkicau panjang lebar tapi kamu gak mengerti maksudku." kata temannya yang lain.
"oh tentang putri es itu ya? aku dengar kok. katanya jika kau bertatapan dengannya selama lebih dari 10 detik kau akan membeku."
"ye begitulah"
"aku gak percaya sama gosip-gosip kayak gitu."
"terserahlah, yang terpenting aku sudah kasih tau. seterusnya aku gak mau tanggung jawab."
"siapa juga yang minta pertanggung jawabanmu."
kemudian mereka bertiga tertawa bersama dan keluar dari kelas hingga tak terdengar lagi suaranya.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Bel tanda pulang berbunyi dan semua murid berhamburan keluar. Di sebuah sudut bangunan sekolah yang sangat sepi atau mungkin sangat jarang sekali ada orang lewat disana. Dan disanalah sering kali siswi-siswi dibully oleh siswi-siswi yang lai. Sekarangpun juga seorang siswi yang sedang dibully oleh sekelompok siswi yang lain.
Bel tanda pulang berbunyi dan semua murid berhamburan keluar. Di sebuah sudut bangunan sekolah yang sangat sepi atau mungkin sangat jarang sekali ada orang lewat disana. Dan disanalah sering kali siswi-siswi dibully oleh siswi-siswi yang lai. Sekarangpun juga seorang siswi yang sedang dibully oleh sekelompok siswi yang lain.
“Dengar,
mulai besok kamu harus kasih uang ke kita tiap hari. Mengerti?” Bentak salah
satu siswi.
“Akino-chi,
bukankah kau cewek? Kalau cewek berarti bisa lebih lembut dikit dong?”
“Terserah
kau sajalah Masumi.”
“Lihat,
rambutnya!”
“Yah
rambutnya terlalu culun, lebih baik kita beri sedikit sentuhan. Benarkan Yori?”
“Tentu
saja! Kuberi kau sedikit sentuhan ajaib.” Kemudian Yori mengacak-ngacak rambut
siswi tersebut.
“Yap,
lihat cantikkan?” kata Yori lagi.
“Kau
benar Yori-chan. Sekarang, berikan kami uangmu.”
“Ta
ta tapi, ini uang sakuku. Kalau kalian ambil, aku gak akan bisa jajan apapun
minggu ini.”
“Emang
kami pikirin.”
Tanpa disadari ada seorang gadis yang
berdiri dibelakang Akino.
“Hai
kailan! Apa kalian gak malu sama perbuatan kalian?” kata gadis itu. Kemudian
mereka berempat berbalik. Seketika itu juga tubuhnya sedingin es dan wajahnya
berubah pucat pasi. “Apa?” katanya datar
tanpa menatap Akino dan kawan-kawannya. Setelah itu mereka mengambil langkah
seribu menjauh darinya.
“Terimakasih
banyak atas bantuannya.” Kata gadis yang baru saja terbebas dari geng Akino
sambil membungkuk kearahnya. Namun, tanpa sepatah katapun keluar dari mulutnya,
siswi tersebut berjalan melewatinya. Siswi tersebut menegakkan badannya kembali
dan menyusulnya, berjalan disampingnya.
“Namaku
Rin Setsuka. Kau bisa memanggilku Rin. Namamu?”
“Amme,
Hotaru Amme.”
“Amme
Amme Amme...... seprtinya aku pernah dengar nama itu..... kapan ya? Hmmmm.....
ah iya, Si Putri Es. Aku benarkan?” Namun Amme tidak menjawabnya sama sekali.
“Aku
bisa memanggilmu Hotaru kan?”
“Terserah”
“Baiklah
sekarang kita teman. Hotaru, coba hadap kemari sebentar saja.” Kemudian Amme
memalingkan wajahnya dan melihat Rin yang sedang menatap mata Amme dengan penuh
konsentrasi. Karena tingkah laku Rin yang dianggapnya aneh, Amme bertanya
kepada Rin
“Apa?”
Tak ada jawaban dari Rin. Setelah beberapa saat kemudian baru Rin menjawabnya.
“Gak
terjadi apapun. Gosip itu bohong. Aku menatapmu lebih dari 10 detik tidak
kurasa lebih dari 15 detik. Aku tidak membekupun.”Tanpa mengucapkan sepatah
katapun Amme berjalan lebih cepat dan meninggalkan Rin.
“Tunggu
sebentar Hotaru-chan jangan terlalu cepat.”
“Jaa.”
Kata Amme sambil berhenti berjalan di depan sebuah rumah. Begitupun dengan Rin,
dia juga berhenti sebelum dapat menyamai langkah Amme.
“Hehhhhh,
Hotaru-chan kamu tinggal disini? Aku tinggal di sana. Rumah kelima setelah
rumahmu. Aku boleh mampir kesini kan?” Kata Rin sambil mendekat ke arah Amme.
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar